Kuis Ekologi Laut Tropis 5
Reiggy Syehandra
E1I017003
Dr. Yar Johan, S.Pi., M.Si
Ekologi Laut
Tropis
Kuis 5
1. Pada ekologi laut tropis ada 6 tipe
ekosistem perairan. Jelaskan !
1. Ekosistem Estuari (Muara)
Ekosistem estuari (muara) adalah ekosistem
tempat bersatunya air sungai dan air laut. Ekosistem ini sering dipagari
lempengan lumpur intertidal dan rawa garam. Salinitas air dalam ekosistem ini
berubah bertahap mulai dari daerah tawar ke asing.
Salinitas
juga dipengaruhi siklus harian pasang surut. Adapun nutrien dari sungai telah
memperkaya daerah estuari dan membuat berbagai komonitas tumbuhan seperti
rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton dan hidup dan tumbuh subur.
Beberapa
hewan seperti cacing, kepiting, kerang, dan ikan juga menjadikan ekosistem
estuari ini menjadi tempat kawin dan mencari makan.
2. Ekosistem Mangrove
Ekosistem Mangrove adalah ekosistem dengan
ciri khusus di mana lantai hutannya tergenang oleh air yang tinggi
permukaannya dipengaruhi oleh pasang dan surutnya air laut. Ekosistem
mangrove masuk dalam lingkup ekosistem pantai karena ia terletak pada kawasan
perbatasan antara ekosistem air laut dan ekosistem darat, Yang menarik
dari ekosistem ini adalah kemampuannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem
laut, karena hutan mangrove sejatinya adalah tempat di mana ikan-ikan dan biota
lain yang berasal dari tengah laut melakukan reproduksi secara massal.
Sebagai kesatuan ekosistem, mangrove dihuni
oleh banyak organisme. Adapun organisme yang dapat hidup dalam hutan mangrove
adalah organisme yang adaptif terhadap kadar mineral garam yang tinggi dari air
laut. Mereka saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai keseimbangan
ekosistem yang terus berlanjut.
3. Ekosistem Pesisir
Pesisir merupakan bentang alam berupa sebidang
lahan yang tidak lebar dan membentang ratusan kilometer dari garis pantai ke
arah pedalaman. Pesisir mempunyai garis yang berhimpit dengan garis pantai jika
terjadi gelombang yang tinggi . Pada daerah pesisir juga terdapat persebaran biota
pantai dan persebaran vegetasi. Biota pantai dan vegetasi tersebut saling
memberikan timbal balik antara satu dengan yang lain sehingga membentuk sebuah
ekosistem. Ekosistem pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat
dengan ekosistem laut, yang mana organisme penghuni ekosistem darat dan laut
berkumpul dan saling berinteraksi. Berikut adalah penjelasan mengenai ciri-
ciri, komponen dan fungsi dari ekosistem pesisir.
Ekosistem pesisir mempunyai ciri- ciri yang
menarik. Ekosistem ini terdiri dari beberapa ekosistem berbeda, diantaranya
yakni estuaria, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Keanekaragaman
ekosistem tersebut masih berada di lingkup wilayah pesisir. Berikut adalah
ciri- ciri dari masing- masing ekosistem yang tergabung dalam ekosistem
pesisir.
4. Ekosistem
Terumbu Karang
Terumbu karang adalah ekosistem bawah laut
yang terdiri dari sekelompok binatang karang yang membentuk struktur kalisum
karbonat, semacam batu kapur. Ekosistem ini menjadi habitat hidup berbagai
satwa laut. Terumbu karang bersama-sama hutan mangrove merupakan ekosistem
penting yang menjadi gudang keanekaragaman hayati di laut. Dari sisi
keanekaragaman hayati, terumbu karang disebut-sebut sebagai hutan tropis di
lautan.
Ekosistem terumbu karang merupakan habitat
hidup sejumlah spesies bintang laut, tempat pemijahan, peneluran dan pembesaran
anak-anak ikan. Dalam ekosistem ini terdapat banyak makanan bagi ikan-ikan
kecil dan ikan-ikan kecil tersebut merupakan mangsa bagi predator yang lebih
besar.
Diperkirakan terdapat lebih dari satu juta
spesies mendiami ekosistem ini. Meski terlihat kokoh seperti batuan karang,
ekosistem ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Suhu optimum bagi
pertumbuhan terumbu karang berkisar 26-28°C. Dengan toleransi suhu berkisar
17-34°C. Perubahan suhu dalam jangka waktu yang panjang bisa membunuh
terumbu karang. Ekosistem ini juga memerlukan perairan yang jernih, sehingga
matahari bisa menembus hingga lapisan terdalamnya.
5. Ekosistem Padang Lamun
Ekosistem Padang Lamun (Seagrass Ecosystem),
pengertian Lamun (sea grass) adalah merupakan satu-satunya tumbuhan
berbunga yang hidup terendam di dalam laut, sedangkan Padang Lamun (seagrass
bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir atau
laut dangkal. Untuk pengertian lainnya padang lamun merupakan ekosistem yang
tinggi produktivitas organiknya. Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi
lamun, mulai dari substrat berlumpur sampai berbatu.
Karakteristik dari sea grass beds adalah
mempunyai habitat di perairan laut dangkal yang bersuhu subtropis atau tropis,
memiliki pertumbuhan yang cepat yakni antara 1.300 sampai 3.000 gram berat
kering per meter persegi per tahun. Binatang yang hidup di padang lamun juga
mempunyai ciri tersendiri, antara lain habitatnya di daun lamun, mencari makan
di akar kanopi daun, beraktivitas di bawah kanopi daun dan berlindung di padang
lanun.
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem
bawah air yang berada di laut pada kedalaman dangkal dan umumnya berada di
perairan yang hangat. Padang lamun umumnya hidup di substrat pasir berlumpur
dan sangat berperan penting pada proses filtrasi sedimen. Seagrass adalah
tempat hidup bagi banyak organisme, seperti ikan, kepiting, udang, lobster,
seaurchin (bulu babi), dan lainnya. Sebagian besar organisme pantai (ikan,
udang, kepiting dll) mempunyai hubungan ekologis dengan habitat lamun. Sebagai
habitat yang ditumbuhi berbagai spesies lamun, padang lamun memberikan tempat
yang sangat strategis bagi perlindungan ikan-ikan kecil dari “pengejaran”
beberapa predator, juga tempat hidup dan mencari makan bagi beberapa jenis
udang dan kepiting.
6. Ekosistem laut Lepas
Laut merupakan wilayah yang sangat luas, lebih
kurang dua pertiga dari permukaan bumi. Wilayah ekosistem laut sangat terbuka
sehingga pengaruh cahaya Matahari sangat besar. Daya tembus cahaya Matahari ke
laut terbatas, sehingga ekosistem laut terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah
laut yang masih dapat ditembus cahaya Matahari, disebut daerah fotik, daerah
laut yang gelap gulita, disebut daerah afotik. Di antara keduanya terdapat
daerah remangremang cahaya yang disebut daerah disfotik.
2. Sumber penyebab penurunan kemampuan
ekosistem perairan diantaranya adalah ada unsur beban masukan. Unsur beban
masukan apa saja dan apa itu pencemaran !
Pencemaran (polusi) adalah proses masuknya
polutan ke dalam suatu lingkungan sehingga menurunkan mutu lingkungan. Sedang
yang di maksud lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita, baik
berupa faktor abiotik (benda mati) maupun faktor biotik (makhluk hidup).
Sementara itu, yang dimaksud polutan adalah
bahan pencemar lingkungan, dapat berupa bahan kimia, debu, panas, suara,
radiasi, dan mikroorganisme.
Adapun macam-macam beban masukan antara lain :
- Limbah
Rumah Tangga. Limbah rumah tangga masuk ke perairan laut secara langsung
dari outfall di pinggir pantai, dari sungai yang bermuara di laut dan dari
aliran sungai. Penanganan limbah domestik lebih sulit untuk dikendalikan
karena sumbernya yang menyebar.
- Limbah
Lumpur. Limbah lumpur tersusun oleh padatan yang terpisah dari limbah
rumah tangga, sehingga menimbulkan akibat hampir sama dengan limbah rumah
tangga, namun seringkali mengandung logam berat dengan konsentrasi lebih
tinggi. Limbah lumpur merupakan salah satu limbah yang mendominasi buangan
ke laut.
- Limbah
Industri. Limbah industri berasal dari bermacam-macam pabrik, termasuk
industri makanan dan minuman, penyulingan minyak, perhiasan logam, pabrik
baja/logam, pabrik kertas serta pabrik kimia organik maupun anorganik
lainnya. Beberapa diantaranya mengandung unsur yang sangat beracun,
biasanya berupa bahan yang asam, basa, logam berat, dan bahan organik yang
beracun.
- Limbah
Pengerukan. Pengerukan, terutama untuk kegiatan navigasi dan pelabuhan,
merupakan aktivitas manusia yang terbesar dalam melimpahkan bahan-bahan
buangan ke dalam laut. Kebanyakan bahan kerukan (dredgespoils)
diambil dari daerah pelabuhan yang biasanya sudah sangat tercemar oleh
sampah-sampah pemukiman, bahan organik, dan sisa buangan industri termasuk
logam berat dan minyak. Di samping itu, limbah pengerukan menghasilkan
masalah pengeruhan air oleh karena padatan terlarut (suspended solid)
yang dikandungnya.
- Limbah
Eksplorasi dan Produksi Minyak. Kegiatan operasi indutri minyak lepas
pantai mengakibatkan beban pencemaran yang serius pada lokasi tertentu,
mulai dari pencemaran panas, kekeruhan akibat padatan terlarut, sampai
dengan pencemaran panas, kekeruhan akibat padatan terlarut, sampai dengan
pencemaran kimiawi dari bahan organik dan logam-logam berbahaya. Beberapa
limbah yang berbahaya dihasilkan, seperti “drilling mud” dan “cutting
mud” yang sangat beracun, “produce water”(air yang ikut terisap
bersama minyak), “drill cutting”(buangan sisa pengeboran), “drilling
fluids”(cairan kimia untuk membantu proses pengeboran), “flaring
smoke”(asap pembakaran) sampai tumpahan minyak.
- Tumpahan
minyak. Tumpahan minyak, disengaja maupun tidak merupakan sumber
pencemaran yang sangat membahayakan. Tumpahan minyak ke laut dapat berasal
dari kapal tanker yang mengalami tabrakan atau kandas, atau dari proses
yang disengaja seperti pencucian tangki halas, transfer minyak antarkapal
maupun kelalaian awak kapal. Umumnya cemaran minyak dari kapal tanker
berasal dari pembuangan air tangki balas. Sebagai gambaran, untuk tanker
berbobot 50.000 ton, buangan air dari tangki balasnya mencapai 1.200
barel.
- Limbah
Radioaktif. Sisa bahan radioaktif umumnya sekarang banyak disimpan dalam
tempat-tempat penyimpanan di daratan. Beberapa diantaranya ditenggelamkan
ke dasar laut yang dalam. Dari kebocoran tempat-tempat penyimpanan inilah
kemungkinan akan terjadi pencemaran bahan radioaktif di laut.
- Cemaran
Panas. Kehidupan d laut umumnya sangat peka terhadap perubahan suhu air.
Suhu tinggi di laut dapat menyebabkan peneluran dini, migrasi ikan yang
tidak alami, penurunan oksigen terlarut, atau kematian binatang laut. Air
pendingin (Cooling water) dan effluent dari
beberapa industri dibuang ke lingkungan laut pada suhu yang tinggi
daripada lingkungan laut itu sendiri. Begitu juga dengan penggunaan air
laut untuk pendingin pembangkit nuklir yang meningkat dengan cepat. Satu
unit pembangkit nuklir memerlukan sekitar 1 milyar gallon air per hari.
Dan ini sangat berbahaya apabila tidak direncakan dengan baik, termasuk
air pendingin yang dikembalikan ke laut pada suhu lebih tinggi 11-200C
dibanding suhu air laut normal.
- Sedimen.
Sedimen membawa bahan dari daratan yang hanyut oleh air sungai, dan
sebagian besar mengendap di kawasan pesisir dan pantai. Limbah jenis ini
berbahaya bagi kehidupan laut, karena kekeruhan yang ditimbulkan dapat
menutupi insang atau elemen penyaring pada binatang yang makan dengan cara
menyaring air (organisme filter feeder, seperti misalnya
jenis kerang-kerangan).
- Limbah
padat. Limbah padat yang dibuang ke laut berupa sampah merupakan salah
satu bahan utama yang terkandung dalam buangan limbah. Di Indonesia,
sampah yang dibuang ke laut sebenarnya cukup banyak dan pada saat ini
sudah pada kondisi yang memperhatinkan, terutama di perairan teluk Jakarta
dan beberapa perairan lainnya di Indonesia.
- Limbah
dari Kapal. Kegiatan operasional tersebut dapat berupa pembersihan
tangki-tangki baik secara rutin maupun untuk pengedokan, pembuangan
kotoran yang ada di saluran got kapal, pembuangan air ballast ,
termasuk juga sampah dan limbah minyak dari mesin kapal. Semua kapal yang
beroperasi diwajibkan memiliki penampung limbah.
- Limbah
Pertanian. Limbah pertanian dapat menimbulkan eutrofikasi yang disebabkan
karena akumulasi bahan-bahan organik seperti sisa tumbuhan yang membusuk.
Secara ekologis proses kekeruhan karena sedimentasi dapat menyebabkan
terganggunya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan, sehingga
kegiatan fotosintesa plankton maupun organisme laut lainnya menjadi
terhenti.
- Pestisida.
Pestisida adalah jenis-jenis bahan kimia yang digunakan untuk memberantas
hama, yang bervariasi jenisnya dan mempunyai sifat fisik dan kimia yang
berbeda-beda. Di antara jenis pestisida, insektisida organoklorin dikenal
sangat persisten, seperti DDT (dikloro difenil tukloroetana),
dieldrin, endrin, klordane dan heptaklor.
- Cat
Antifouling. Penggunaan cat anti organisme penempel (antifouling)
ternyata telah menimbulkan pencemaran logam berat yang serius di laut
serta sedimen di dekat dok dan tempat sandar kapal. Cat ini dirancang
untuk secara terus-menerus mengeluarkan racun untuk membunuh organisme
penempel di dasar kapal.
- Limbah
Perikanan. Potensi sumber daya ikan yang berlimpah menjadikan banyak
tumbuh industri pengolahan ikan., mulai dari skala kecil sampai industri
dengan skala yang besar, di Indonesia.aktivitas penangkapan ikan dengan
bahan peledak atau racun kimia mengakibatkan beban pencemaran laut yang
semakin tinggi dan potensi berkurangnya produksi ikan di beberapa daerah.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar